![]() |
Pose bersama usai misa syukur memperingati Pesta Nama Lingkungan Beato Joseph Gerard, (30/5). Foto: Gega Making |
Acara dimulai dengan misa syukur yang dipimpin oleh Romo Reynold Sombolayuk. Dalam khotbahnya, Romo Reynold mengajak umat untuk merenungkan pentingnya pertumbuhan iman melalui ketidaknyamanan hidup. Ia menyampaikan analogi tentang ular yang harus meninggalkan kulit lamanya untuk bertumbuh.
“Ular, seperti juga hewan lainnya, harus melalui rasa sakit untuk bertumbuh dan meninggalkan rumah lamanya. Begitu pula dengan hidup kita. Ketika kita dihadapkan pada persoalan, itu menandakan level hidup kita sedang naik. Kita diajak untuk keluar dari zona nyaman agar bisa bertumbuh lebih dekat kepada Tuhan,” ujar Romo Reynold dalam homilinya.
Ia juga menekankan pentingnya meneladani semangat Santo Joseph Gerard, seorang misionaris dari Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI), dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pertumbuhan spiritual yang sejati.
Ketua Lingkungan Beato Joseph Gerard, Maria Asunta, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh umat lingkungan serta para tamu undangan yang telah hadir dan mendukung kelangsungan acara.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh umat dan juga semua pihak yang telah memberikan kontribusi, baik materiil maupun non-materiil, demi suksesnya acara ini. Semoga Tuhan senantiasa menyertai kita semua,” ungkap Maria dalam sambutannya.
Pantauan di lokasi menunjukkan antusiasme tinggi dari umat. Tak hanya umat dewasa, Orang Muda Katolik (OMK) lingkungan tersebut juga tampak aktif berpartisipasi dalam berbagai bagian acara, menunjukkan semangat kebersamaan dan spiritualitas yang hidup di tengah komunitas.
Perayaan ini tidak hanya menjadi momen syukur atas usia lingkungan yang telah mencapai delapan tahun, tetapi juga mempererat tali kekeluargaan antarumat serta memperdalam nilai-nilai kekatolikan yang menjadi fondasi kehidupan beriman di tengah masyarakat urban.
GM