![]() |
| Goldensius J. Ritalangun/Exen Jontona |
Fakta Line - Istilah "Mafia Berkeley" merujuk pada sekelompok ekonom Indonesia lulusan University of California, Berkeley yang memainkan peran krusial dalam transformasi ekonomi Indonesia pasca-1965. Mereka dikenal sebagai arsitek kebijakan ekonomi era Orde Baru yang mengubah wajah perekonomian Indonesia dari sistem ekonomi terpimpin Soekarno menuju ekonomi pasar yang berorientasi pada pembangunan.
Latar Belakang Historis Konteks Politik 1960-an
Pada awal 1960-an, Indonesia berada dalam kondisi ekonomi yang sangat buruk di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno. Inflasi mencapai ratusan persen, cadangan devisa menipis, dan utang luar negeri menumpuk. Sistem ekonomi terpimpin yang diterapkan Soekarno, dengan orientasi politik "Nasakom" (Nasionalis, Agama, Komunis), gagal memberikan kesejahteraan bagi rakyat.
Peristiwa G30S/PKI tahun 1965 menjadi titik balik sejarah Indonesia. Pasca-tragedi tersebut, kekuasaan berangsur berpindah dari Soekarno ke Jenderal Soeharto. Transisi kekuasaan ini membuka jalan bagi perubahan radikal dalam kebijakan ekonomi Indonesia.
Para Tokoh Mafia Berkeley
Kelompok ekonom ini mendapat julukan "Mafia Berkeley" karena sebagian besar dari mereka menempuh pendidikan pascasarjana di University of California, Berkeley, dengan beasiswa dari Ford Foundation. Tokoh-tokoh utama dalam kelompok ini adalah:
1. Widjojo Nitisastro (1927-2012)
Sosok sentral dan pemimpin kelompok ini. Meraih gelar Ph.D. dari Berkeley pada tahun 1961. Widjojo menjadi Ketua Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dan kemudian menjabat sebagai Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri. Ia adalah arsitek utama kebijakan pembangunan lima tahun (Repelita) Indonesia.
2. Mohammad Sadli (1922-2008)
Ekonom yang fokus pada kebijakan energi dan industri. Menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada masa Orde Baru. Sadli juga merupakan salah satu pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
3. Ali Wardhana (1928-2020)
Meraih Ph.D. dari Berkeley pada tahun 1962. Menjabat sebagai Menteri Keuangan (1968-1983) dan kemudian Menteri Koordinator Ekonomi. Ali Wardhana dikenal sebagai arsitek stabilisasi ekonomi Indonesia pasca-1965.
4. Subroto (1928-2000)
Ahli ekonomi yang kemudian menjadi Menteri Pertambangan dan Energi, serta Sekretaris Jenderal OPEC. Subroto memainkan peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia.
5. Emil Salim (1930-2022)
Ekonom yang juga fokus pada isu lingkungan hidup. Menjabat sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, menjadikannya salah satu menteri lingkungan hidup pertama di dunia.
Tokoh Penting Lainnya:
Radius Prawiro: Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Ekonomi
J.B. Sumarlin: Menteri Keuangan era 1980-an dan 1990-an
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti: Ekonom generasi berikutnya yang melanjutkan tradisi teknokrat Berkeley
Kebijakan dan Pengaruh Stabilisasi Ekonomi (1966-1969)
Tugas pertama Mafia Berkeley adalah mengatasi krisis ekonomi yang diwarisi dari era Soekarno. Mereka menerapkan program stabilisasi dengan fokus pada.
1. Pengendalian Inflasi
Memotong subsidi pemerintah, Menerapkan kebijakan moneter ketat, Mereformasi sistem perbankan.
2. Restrukturisasi Utang
Bernegosiasi dengan kreditor internasional, Membentuk IGGI (Inter-Governmental Group on Indonesia) untuk koordinasi bantuan luar negeri, Menjadwalkan ulang pembayaran utang.
3. Keterbukaan pada Investasi Asing
Mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (1967), Membuka sektor-sektor(" ekonomi untuk investasi asing, Menawarkan insentif pajak bagi investor, Strategi Pembangunan Jangka Panjang.
Mafia Berkeley mengembangkan konsep pembangunan bertahap melalui Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
Repelita I (1969-1974): Fokus pada rehabilitasi infrastruktur dan stabilisasi ekonomi Repelita II (1974-1979): Penekanan pada pertanian dan industri substitusi impor Repelita III (1979-1984): Diversifikasi ekonomi dan pengembangan industri.
Prinsip-Prinsip Ekonomi Mafia Berkeley
Pragmatisme Ekonomi Mengutamakan hasil praktis daripada ideologi Orientasi Pasar: Meyakini mekanisme pasar sebagai alokasi sumber daya yang efisien.
Stabilitas Makroekonomi: Menjaga inflasi rendah dan nilai tukar stabil.
Pembangunan Bertahap: Perencanaan sistematis dengan target jelas.
Keterbukaan Internasional: Integrasi dengan ekonomi global.
Kontroversi dan Kritik
Kritik dari Berbagai Sudut
1. Ketergantungan pada Asing Kritikus menuduh kebijakan Mafia Berkeley membuat Indonesia terlalu tergantung pada modal asing dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Kedaulatan ekonomi nasional dianggap terancam.
2. Kesenjangan Ekonomi Meskipun pertumbuhan ekonomi tinggi, distribusi kekayaan tidak merata. Kesenjangan antara kaya dan miskin melebar, terutama antara Jawa dan luar Jawa.
3. Proximity dengan Kekuasaan Hubungan erat mereka dengan rezim Orde Baru yang otoriter menimbulkan pertanyaan moral. Mereka dianggap memberikan legitimasi teknis pada rezim yang melanggar HAM.
4. Nasionalisme Ekonomi Kelompok nasionalis ekonomi, yang dipimpin tokoh seperti Soemitro Djojohadikusumo, mengkritik pendekatan liberal Mafia Berkeley sebagai pengkhianatan terhadap cita-cita ekonomi nasional.
Peristiwa Malari 1974
Puncak ketegangan terjadi pada Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) tahun 1974, demonstrasi mahasiswa yang menentang dominasi modal Jepang dan kebijakan ekonomi yang dianggap terlalu liberal. Peristiwa ini memaksa pemerintah untuk lebih memperhatikan sentimen nasionalisme ekonomi.
Warisan dan Dampak Jangka Panjang
Prestasi Ekonomi
Di bawah kebijakan yang dirancang Mafia Berkeley, Indonesia mencapai Pertumbuhan Ekonomi Rata-rata 7% per tahun selama tiga dekade Swasembada Beras Tercapai pada tahun 1984 Penurunan Kemiskinan: Dari sekitar 60% (1970) menjadi 11% (1996) Transformasi Struktural: Dari ekonomi agraris menjadi semi-industri Stabilitas Makro: Inflasi terkendali dan cadangan devisa meningkat.
Pengaruh Institusional
Mafia Berkeley meninggalkan warisan institusional yang bertahan hingga kini.
Bappenan Sebagai lembaga perencanaan sentral, Tradisi Teknokrat Menempatkan ahli ekonomi dalam posisi kunci pemerintahan.
Kebijakan Berbasis Data: Penekanan pada analisis empiris dan statistik
Kerjasama Internasional: Pola hubungan dengan lembaga multilateral
Krisis 1997-1998
Krisis finansial Asia mengekspos kelemahan model pembangunan yang mereka bangun. Sistem perbankan yang lemah, korupsi, dan nepotisme menunjukkan bahwa teknokrasi saja tidak cukup tanpa good governance.
Perspektif Akademis
Teori Modernisasi
Mafia Berkeley adalah contoh klasik penerapan teori modernisasi yang populer di tahun 1960-an. Mereka percaya bahwa:
Pembangunan ekonomi mengikuti tahapan tertentu, Transfer teknologi dan modal dari negara maju adalah kunci, Pertumbuhan ekonomi akan trickle down ke seluruh lapisan masyarakat.
Kritik Dependensi
Teori dependensi yang populer di Amerika Latin mengkritik pendekatan Mafia Berkeley sebagai:
Melanggengkan ketergantungan pada pusat kapitalis global, Mengeksploitasi sumber daya negara berkembang, Menciptakan elite komprador yang lebih loyal pada kepentingan asing, Relevansi Kontemporer, Pelajaran untuk Indonesia Modern:
Positif: Pentingnya stabilitas makroekonomi Nilai perencanaan sistematis Kebutuhan expertise teknis dalam pemerintahan.
Negatif: Bahaya mengabaikan distribusi kekayaan Risiko teknokrasi tanpa akuntabilitas demokratis Pentingnya menyeimbangkan keterbukaan dengan kepentingan nasional
Debat Berkelanjutan
Hingga kini, warisan Mafia Berkeley masih diperdebatkan:
Haruskah Indonesia lebih nasionalistik atau liberal dalam kebijakan ekonomi?
Bagaimana menyeimbangkan pertumbuhan dengan pemerataan?
Seberapa jauh keterlibatan dengan ekonomi global?
Mafia Berkeley 1965 adalah fenomena unik dalam sejarah Indonesia. Mereka adalah sekelompok teknokrat berpendidikan Barat yang berhasil mengubah Indonesia dari negara yang hampir bangkrut menjadi salah satu ekonomi berkembang tercepat di dunia. Namun, keberhasilan ekonomi ini datang dengan biaya sosial dan politik yang signifikan.
Mereka bekerja dalam konteks rezim otoriter, yang memberikan mereka ruang untuk menerapkan kebijakan tanpa resistensi politik yang signifikan, tetapi juga mengasosiasikan mereka dengan pelanggaran HAM dan penindasan demokrasi. Pertumbuhan ekonomi yang mereka ciptakan nyata, tetapi tidak inklusif, meninggalkan banyak orang tertinggal.
Warisan Mafia Berkeley adalah kompleks: mereka adalah reformator yang membawa Indonesia dari jurang ekonomi, tetapi juga teknokrat yang kadang mengabaikan dimensi sosial dan politik pembangunan. Studi tentang mereka menawarkan pelajaran berharga tentang kekuatan dan keterbatasan expertise teknis dalam governance, pentingnya menyeimbangkan efisiensi ekonomi dengan keadilan sosial, dan kompleksitas pembangunan di negara berkembang.
Hingga hari ini, setiap diskusi tentang kebijakan ekonomi Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari bayangan Mafia Berkeley baik sebagai model yang harus ditiru, dimodifikasi, atau dihindari.
Mafia Berkeley tidak pernah menyebut diri mereka dengan nama tersebut. Istilah "mafia" digunakan oleh pengamat dan kritikus, kadang dengan konotasi negatif, kadang netral, untuk menggambarkan pengaruh dan kohesi kelompok ini dalam pembuatan kebijakan ekonomi Indonesia.
